Senin, 02 Februari 2009

KECENDERUNGAN PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KONSUMSI BROILER DENGAN ADANYA ISU FLU BURUNG DI KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Peternakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, meningkatkan kemakmuran dan mensejahterakan masyarakat meliputi peningkatan produksi dan kualitas produk. Broiler sudah dikenal sebagai salah satu bahan makanan yang mengandung protein hewani yang sangat di butuhkan oleh tubuh. Merebaknya isu flu burung yang melanda indonesia merupakan musibah yang sangat besar bagi dunia peternakan di negeri ini. Wabah flu burung merupakan penyakit yang menyerang unggas yang di sebabkan oleh virus influenza tipe strain A. Virus ini dapat membunuh unggas pada areal peternakan yang luas karna tingkat penyebarannya yang tinggi. (Dinas Peternakan Propinsi sumatra Barat, 2005)

Sampai sekarang pemerintah selaku pihak yang sangat berwenang dalam kasus ini, merasa sangat khawatir terhadap unggas yang terserang virus tersebut. Dimana saat sekarang unggas khususnya ayam broiler masih merupakan pangan yang sangat disukai oleh kebanyakan dari masyarakat, sebagian besar masyarakat mengkonsumsi menyukai mengkonsumsi daging ayam, dan ini dikhawatirkan jika virus tersebut menyebar akan berdampak tidak baik pada kesehatan manusia sebagai orang yang mengkonsumsi, dan akan menyebabkan korban jiwa.

Dampak buruk dari merebaknya kasus flu burung ini akan menyebabkan penurunan populasi unggas, karna banyak unggas yang mati akibat terinfeksi flu burung dan penurunan populasi juga di sebabkan oleh di berlakukannya tindakan stampling out atau pemusnahan masal pada unggas yang di duga ikut terinfeksi virus flu burung. Tindakan stampling out ini bertujuan agar penyebaran virus flu burung dapat di hentikan, karna virus ini bersifat zoonosis membuat masyarakat ragu untuk mengkonsumsi unggas mengakibatkan keterbatasan protein hewani yang berasal dari unggas dalam hal ini broiler, namun jika masyarakat jeli dalam melihat kasus yang terjadi dan mengetahui penyebab dan penanganannya, kasus cukup tidak mengkhwatirkan karna virus flu burung merupakan virus lemah yang tidak begitu mudah menginfeksi manusia, virus AI dalam daging akan mati pada suhu 80 oC selama 30 menit, jadi jika daging di olah dan di masak dengan baik manusia akan terhindar dari virus AI. (Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat, 2007)

Jika tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging broiler dikaitkan dengan jumlah penduduk yang mengkonsumsi pada saat sebelum adanya isu flu burung di Kota Padang meningkat, namun apakah dengan terdengarnya Kota Padang terserang wabah flu burung dan masyarakat sebagai konsumen akan berkurang, atau tidak terpengaruh sama sekali terhadap isu yang berkembang dan sejauh mana perubahan sikap dan perilaku konsumen terhadap pembelian broiler.

Maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “KECENDRUNGAN PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN AYAM BROILER DENGAN ADANYA ISU FLU BURUNG DI KOTA PADANG “

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sikap konsumen terhadap daging broiler sebagai sumber protein hewani keluarga setelah berjangkitnya virus flu burung.
  2. Apakah ada perubahan prilaku konsumsi terhadap daging broiler setelah berjangkitnya wabah flu burung.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana perubahan sikap konsumen terhadap daging broiler sebagai sumber protein hewani keluarga setelah berjangkitnya wabah flu burung.

2. Untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku konsumsi terhadap daging broiler setelah berjangkitnya wabah flu burung.

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pedagang untuk mengetahui sejauh mana keinginan konsumen untuk membeli daging broiler setelah berjangkitnya wabah flu burung di kota Padang.

2. Penelitian juga diharapkan memberikan kontribusi informasi bagi konsumen dan pedagang.

E. Hipotesis

Ho : Diduga terdapat perubahan sikap dan perilaku konsumen terhadap daging broiler sebagai sumber protein hewani keluarga, setelah berjangkitnya wabah flu burung di kota Padang.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen atau pengaruh individu yang mempengaruhi proses pembelian salah satunya adalah identitas responden. Identitas merupakan faktor yang berhubungan dengan pribadi yang mempunyai peran penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya bila ada tingkat keterlibatan yang tinggi dan resiko yang dirasakan dari produk dan jasa yang memiliki fasilitas publik (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994). Dimana identitas responden yang di maksud adalah sebagai berikut:

a. Umur

Orang membeli barang dan jasa selama hidupnya. Selera seseorang terhadap barang dan jasa yang di butuhkanya sangat berhubungan dengan umur/usia. Begitu juga dengan keputusan pembelian, umur adalah salah satu yang paling berpengaruh dalam keputusan pembelian.Umur seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi dalam pembuatan keputusan untuk menerima segala sesuatu (produk, jasa) sebagai salah satu yang baru (Kotler 1994).

b. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin menyebabkan pola konsumsi yang berbeda antara laki - laki dan perempuan. Hal ini adanya perbedaan kesukan antara pria dan wanita. Laki-laki menyukai hal-hal yang bersifat keras dan sportif sedangkan wanita sebaliknya, semakin aktif seseorang semakin banyak energi yang di butuhkanya dan sebalinya perempuan yang memiliki tubuh yang lebih kecil umumnya memerlukan energi yang lebih sedikit (Sciffman dan Kanuk, 2000).

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan perilaku pembelianya terhadap suatu produk.Tingkat pendidikan dapat mempengarhi perubahan perilaku yang disebabkan oleh perubahan pola fikirdan pengalaman - pengalamanya.Orang yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi cendrung untuk memilih pangan yang lebih baik kualitasya dari pada yang rendah pendidikanya (Syahruddin, 1989). Ditambahkan oleh Suharjo (1989) konsumen yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memilih pangan yang lebih baik. Menurut Djiteng yang dikutip dari skripsi Asri (2005) menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan tentang gizi dan makanan yang di konsumsi.Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan perilaku pembelianya terhadap suatu produk.

d. Pendapatan

Pilihan terhadap suatu produk sangat di pengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang yang dimaksud dengan keadaan ekonomi antara lain adalah pendapatan. (Kotler, 1994). Pendapatan berkaitan dengan kemampuan dan daya belikonsumen, pendapatan juga merupakan faktor penentu terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang akan di konsumsi (Berg, 1986).

Semakin meningkatnya pendapatan, terjadilah perubahan-perubahan dalam susunan makanan, akan tetapi pengeluaran uang yang lebih besar untuk pangan tidak menjadikan lebih beragamnya konsumsi pangan.

Bahan pangan yang berkualitas dan bernilai gizi tinggi pada umumnya memiliki harga yang mahal, sehingga hal ini merupakan kendala yang sering kali menghalangi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, terutama mereka yang berpendapatan rendah (Soemarjan, 1975). Selanjutnya ditambahkan bahwa suatu perbedaan antara orang yang berpendapatan rendah di banding dengan orang yang berpendapatan tinggi adalah dalam mementingkan kuantitas dan kualitas bahan makanan yang di beli. Dimana yang berpendapatan rendah cenderung lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas makanan.Hal ini disebabkan karna mereka merasa tidak mampu untuk membeli bahan pangan yang memiliki harga mahal. Sedangkan pada mereka yang mempunyai pendapatan tinggi cendrung lebih mementingkan kualitas dari nilai gizi dari jumlah bahan makananya.

e. Pekerjaan

Kotler (1994) menyatakan bahwa pola konsiumsi seseorang di pengaruhi oleh pekerjaan. Makin berat pekerjaan seseorang makin mbanyak energi yang di perlukan.Pekerja lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik memerlukan energi yang lebih banyak daripada pekerja yang mengandalkan keahlian.

tambahan untuk sikap

f. Jumlah anggota keluarga

Anggota keluarga sangat mempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat (Kotler dan Amtrong, 2001).

B. Sikap

Menurut Notoadmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh. Identitas, dukungan dan kepercayan adalah sifat penting dari sikap. Masing-masing sifat ini akan bergantung pada kualitas pengalaman konsumen sebelumnya dengan objek sikap (Engell, Blackwell, 1994). Sedangkan menurut Swastha dan Irawan (2003) sikap adalah suatu kecenderungan yang di pelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah baik atau kurang baik secara konsisten. Ditambahkan juga oleh Enggel, Blackwell dan Miniard (1994) sikap adalah evaluasi yang menyeluruh yang dapat berkisar dari ektrimpositif hingga ektrim negatif. Sikap yang dianut konsumen sekarang merupakan hasil pengalaman mereka sebelumnya. Selanjutnya tingkat kepercayaan yang dihubungkan dengan sikap adalah penting karna beberapa sebab, diantaranya dapat mempengaruhi kekuatan hubungan antara sikap dan perilaku. Sikap yang di pegang dengan penuh kepercayaan akan membimbing perilaku. Sikap bersifat dinamis dari pada statis, maksudnya sikap akan berubah bersama waktu (Enggel, Blackwell dan Miniard, 1994).

Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, antara lain:

a. Menerima

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelaraskan tugas yang diberikan.

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap menurut Mueler:

  1. sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dan objeknya.
  2. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.
  3. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu,tetapi dapat juga merupakankumpulan dari hal-hal tersebut.
  4. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Sikap mempunyai ciri-ciri tertentu diantaranya, sikap itu tidak dibawa sejak lahir melainkan terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan, sikap selalu berhubungan dengan objek-objek sikap, sikap dapat terwujud dalam suatu objek atau sekumpulan objek sikap.Sikap dapat bertahan lama pada diri seseorang bila sikap tersebut telah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang tapi bisa juga mudah berubah bila belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, serta sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi.

Faktor-faktor yang dapat merubah sikap yaitu :

1. Faktor luar individu yaitu pengaruh dari lingkungan yang diterima

2. Faktor internal yang berasal dari individu yaitu kemampuan menyeleksi atau menganalisa pengaruh yang datang dari luar termasuk minat dan perhatian

( Azwar, 1995 )

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara:

1. adopsi :kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus,lama kelamaan secara bertahap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2. diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

3. Integrasi: pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

4. trauma: adalah pengalaman yang tiba- tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secar lansung dan tidak lansung. Secara lansung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek. Pengukuran secara tidak lansung adalah dengan membagikan kuisioner (Notoadmojo, 2003)

C. Perilaku

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku mempunyai arti yang kongkrit dari pada jiwa dan melalui perilaku dapat dikenal jiwa, dan melalui perilaku dapat dikenal jiwa seseorang (Purwanto, 1999 ). Karakteristik perilaku ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu, perilaku tertutup adalah perilaku yang dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu misalnya berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut.

Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut George mendel :

1. Keturunan

Keturunan diartikan sebagai pembawaan, heredity, teori tentang keturunan:

  1. Tiap sifat makluk hidup dikendalikan oleh fakto keturunan
  2. Tiap pasangan merupakan alternatif bagi keturunannya.
  3. Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan memisah dan menerima pasangan faktor keturunannya.

2. Lingkungan

  1. Lingkungan sering disebut nature lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala yang berpengaruh pada diri individu dalam berprilaku. Lingkungan dapat digolongkan Lingkungan manusia,yang termasuk kedalamnya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat.Termasuk kedalamnya kebudayaan , taraf kehidupan dan sebagainya.
  2. Lingkungan benda yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang berada di sekitarnya.
  3. Lingkungan geografis ,latar geografis turut memberi corak kehidupan manusia dengan keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda-beda.

Pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap ciri-ciri perilaku individu.

Yang dimaksud individu adalah manusia sebagai satu kesatuan yang terbatas yaitu manusia perorangan yang disebut juga orang. Pembawaan dan lingkungan mempunyai pengaruh pada kehidupan manusia. Faktor pembawaan dan lingkungan kedua-duanya turut menentukan perkembangan seseorang. Artinya, perilaku, kepribadian kepribadian seseorang dibentuk oleh kedua faktor tersebut (Notoatmodjo, 2003)

Perilaku Pembelian

Kotler dan Amstrong (2002) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang lebih luas dan paling dalam setiap tindakan konsumen untuk membeli.

Faktor budaya

Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku pembelian konsumen, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Budaya

Budaya merupakan sebagai komplek simbol dan barang-barang buatan manusia yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi yang lain sebagai faktor penentu dan pengatur perilaku anggotanya.

b. Sub-budaya

Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal, termasuk pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan dalam waktu luang, dan mobil. Beberapa pemasar memusatkan usaha mereka pada satu kelas sosial yang dituju.

Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status social.

a. Kelompok acuan

Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi produk dan merek aktual seseorang (Kotler dan Amstrong, 2002).

b. Keluarga

Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapat orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan dan anak-anak seseorang (Kotler dan Amstrong, 2002).

c. Peran dan status­

Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat.

Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli:

a. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Selera seseorang terhadap suatu produk juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Pemasar sering memilih kelompok-kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin menyebabkan pola konsumsi yang berbeda antara pria dan wanita. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kesukaan pada pria dan wanita, dimana pria dianggap lebih menyukai hal-hal yang bersifat keras dan sportif, sedangkan wanita sebaliknya (Schiffman dan Kanuk, 2000)

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan prilaku pembelinya terhadap suatu produk. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perubahan perilaku disebabkan oleh perubahan pola pikir dan pengalaman-pengalamannya. Orang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memilih panganan yang lebih baik kualitasnya dari pada yang berpendidikan randah (Suhardjo, 1989).

d. Pendapatan

Pilihan terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang yaitu pendapatan (Kotler, 1994). Pendapatan berkaitan erat dengan kemampuan daya beli konsumen. Semakin meningkatnya pendapatan, terjadilah perubahan-perubahan dalam susunan makanan. Tetapi pengeluaran uang yang lebih besar untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Selain itu tingkat pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli pada kebutuhan yang tidak pokok(Suhardjo, 1989).

e. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi

Para pemasar mencari hubungan antara produk pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, seperti penghasilan yang didapat dibelanjakan (level, kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (termasuk persentase aktiva yang lancar/likuid), utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap belanja atau menabung.

f. Gaya hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara produk mereka dan kelompok gaya hidup. Konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai-nilai konsumen yang berubah dan bagaimana pengaruhnya pada tingkah laku membeli.

g. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri seseorang. Pemasar berusaha mengembangkan citra merek yang sesuai dengan citra pribadi pasar sasaran.

Faktor psikologis

a. Motifasi

Motifasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. Menurut Swastha dan Sokotjo (2002) bahwa motifasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan kegiatan individu yang diarahkan pada tujuan mencapai sesuatu.

b. Persepsi

Persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan dunia yang memiliki arti.

c. Pembelajaran

Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Teori pembelajaran mengajarkan pada pemasar bahwa mereka dapat membangun permintaan atas sebuah produk dengan mengaitkannya pada dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang memberikan dorongan dan motivasi, dan memberikan penguatan yang positif.

d. Keyakinan dan sikap

Keyakinan adalah gambaran fikiran yang dianut seseorang tentang satu hal, keyakinan akan membentuk citra produk dan merek, dan orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecendrungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan

bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau gagasan (Kotler, 2002)

D. Ayam Broiler

Adalah ayam jantan atau betina muda yang berumur dibawah delapan minggu ketika di jual, memiliki berat badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat ,mempunyai dada yang lebar dan timbunan daging yang baik dan banyak (Rasyaf, 2002 ).Broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada usia relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.

Ciri ayam broiler yang sehat menurut Fadilah dan Polana (2004) :

  1. Ayam aktif, lincah, mata dan muka cerah (tidak mengantuk).
  2. Nafsu makan dan minum baik.
  3. Bulu cerah berminyak, tidak kusam, dan tidak berdiri.
  4. Berdiri tegak,kaki kokoh, dan bentuk tubuk proporsional.
  5. Sayap tidak jatuh dan posisi kepala terangkat dengan baik.
  6. Tidak terdengar gejala nafas bersuara (ngorok) atau batuk.
  7. Berat badan sesuai dengan umur.
  8. Anus bersih, tidak ada kotoran.

E. Flu Burung

Sumber Penularan

Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia. Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang dicirikan dari adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari

Cara Penularan

Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah. Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.

Gejala dan Perawatan

Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter

Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang dicirikan dari adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.

Tanda-tanda klinis :

  1. Flu burung sangat mirip dengan penyakit Newcastle/ND/Tetelo
  2. Tanda-tanda klinis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor lain seperti jenis virus yang menginfeksinya, jenis unggas yang terinfeksi, penyakit-penyakit lain yang ada pada saat itu dan lingkungannya.
  3. Penyakit-penyakit muncul tiba-tiba pada sekelompok ternak dan banyak unggas yang mati yaitu bisa dengan cepat tanpa menunjukkan tanda-tanda sakit atau dengan hanya menunjukkan sedikit depresi, tidak nafsu makan, bulu rontok dan suhu badan tinggi.
  4. Unggas lainnya menunjukkan kondisi yang lemah dan jalannya sempoyongan. Unggas yang sakit seringkali duduk atau berdiri dalam keadaan setengah tidur atau mengantuk dengan kepala menyentuh tanah.
  5. Beberapa hewan khususnya unggas yang masih muda memperlihatkan tanda-tanda sakit pada syaraf.
  6. Jengger dan pial berwarna merah kehitaman sampai biru dan bengkak dan dapat juga disertai pendarahan yang kental diujung-ujungnya.
  7. Diare banyak dan seringkali muncul dan unggas merasa haus yang luar biasa.
  8. Nafas cepat dan sulit.
  9. Pendarahan bisa terjadi pada daerah kulit yang tidak ditumbuhi bulu, khususnya tulang kering pada kaki.
  10. Laju kematian bervariasi sedikitnya setengah dari unggas mati.

Patologi :

  1. Pada unggas yang mati dengan sangat cepat akibat dari penyakit ini, hanya sedikit luka saja dapat terlihat seperti dehidrasi, penyumbatan organ-organ dalam dan otot.
  2. Pada unggas yang mati tidak secara cepat dengan tanda-tanda sepaerti pendarahan pada seluruh tubuh, khususnya dipangkal tenggorokan, trakea dan disekitar hati.
  3. Keluarnya cairan dibawah kulit yang sangat banyak khususnya disekitar kepala dan lutut kaki.
  4. Karkas bisa mengalami dehidrasi.
  5. Bintil-bintil berwarna kuning atau abu-abu dapat muncul dilimpa, hati, ginjal, dan paru-paru
  6. Kantong udara dapat berisi cairan kental.
  7. Limpa membesar berwarna gelap dan mengalami pendarahan.

Diagnosa yang berbeda :

Flu burung yang Highly Pathogenic (HPAI) sulit sekali dibedakan dari :

  1. Penyakit lain yang menyebabkan kematian tinggi yang tiba-tiba
  2. Penyakit lain yang menyebabkan pembengkakan pada jengger dan pial

Flu burung harus dicurugai pada saat terjadi wabah penyakit ternak unggas yang secara terus menerus bertahan walaupun telah dilakukan tindakan pencegahan dan penyembuhan terhadap penyakit lainnya yang mungkin dapat menjadi sumbernya DepKes Kamboja (2005)


III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pasar, tempat terjadinya proses pembelian dan penjualan ayam broiler di Kota Padang, yang berlangsung selama 1 (satu) bulan sejak turunnya surat izin penelitian dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas, terhitung dari tanggal 07 Juli 2007 sampai dengan 14 Agustus 2007. Penelitian dilakukan pada pasar raya (pasar pusat) dan beberapa pasar pembantu yang terletak di Kota Padang.

B. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei. Survei adalah metode pengumpulan informasi dari sebagian sampel untuk mewakili populasi (Singarimbun dan Effendi, 1995). Survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial ,ekonomi, dan lain-lain. Bilson Simamora dalam Riset Pemasaran (2004), menyatakan bahwa survei adalah metode riset yang dalam pengumpulan data primer melakukan tanya jawab dengan responden.

C. Populasi dan Responden Penelitian

Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah para konsumen ayam broiler di Kota Padang. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi konsumen ayam broiler di kota padang, karna konsumen ayam broiler banyak ditemui pasar padang. Jumlah konsumen tidak dapat ditentukan hanya diwakili. Pada penelitian ini tidak ditegaskan berapa jumlah populasi.

Responden

Yang menjadi responden penelitian ini adalah konsumen yang kebetulan ditemui di lokasi saat penelitian berlangsung. Dan jumlah sampel dibatasi sebanyak 65 responden agar lebih mewakili, sesuai dengan anjuran Santoso (2002), bahwa jumlah sampel yang digunakan antara 50-100 responden. Teknik pengambilan data yaitu dengan menggunakan teknik kebetulan dilakukan terhadap orang yang kebetulan ada atau dijumpai (Accidental Sampling).

D. Variabel Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ditemukan, maka variabel penulis yang dianalisa sebagai berikut:

1. Sikap konsumen terhadap daging broiler, dengan indikator sebagai berikut:

  1. Seleksi pembelian broiler yaitu : kelincahan broiler, penampilan fisik, dan berat badan.
  2. Persyaratan broiler yang dibeli yaitu persyaratan terhadap harga, persyaratan terhadap tempat pembelian.

2. Perilaku konsumen terhadap daging broiler, dengan indikator sebagai berikut:

1. Jumlah (kuantitas)broiler yang dibeli oleh setiap pembeli

2. Waktu pembelian

3. Tempat pembelian

4. Bentuk broiler yang dibeli.

E. Data dan Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan, baik melalui wawancara langsung maupun pengisian kuisioner terhadap responden.

Adapun data primer untuk penelitian ini terdiri dari:

a. Karakteristik konsumen daging ayam broiler di kota padang diantaranya:jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga.

b. Data mengenai sikap konsumen terhadap pembelian broiler diantaranya seleksi pembelian yang terdiri dari kelincahan broiler, penampilan fisik dan berat badan dan persyaratan terhadap broiler yang akan di beli yaitu persyaratan terhadap harga dan persyaratan terhadap tempat pembelian , serta data mengenai perilaku konsumen terhadap pembelian yaitu data tingkat kesukaan, jumlah pembelian, frekwensi pembelian/bulan, tempat pembelian, bentuk broiler yang dibeli dan anggota keluarga yang menyukai daging broiler.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari hasil studi literatur yang berkaitan dengan penelitian dan dari instansi yang terkait, dalam hal ini data skunder dapat diambil dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan data dari Dinas Peternakan Kota Padang.

F. Analisis Data

Untuk menggambarkan karakteristik konsumen dan karakteristik pembeliannya, digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk tabulasi, kalimat maupun gambar. Untuk sikap dan perilaku konsumen, digunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiono, 1999). Instumen dalam skala likert dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang disusun berdasarkan indikator variabel.

Dalam penelitian ini, masing-masing variabel memiliki indikator pertanyaan dimana responden harus menjawab sesuai dengan pendapat mereka, dan mempunyai skala dari sangat penting sampai sangat tidak penting,dengan skor sebagai berikut :

Sangat Penting = 5 Penting = 4

Cukup Penting = 3 Kurang Penting = 2

Tidak Penting = 1

RS =

dimana:

RS : Rentangan skala

m : Skor Tertinggi yang mungkin adalah : 5

n : skor terendah yang mungkin adalah : 1

b : skala penilaian (5)

Dan penilaian terhadap perilaku konsumen di ukur dengan menggunakan sejumlah pertanyaan/ uraian dengan jawaban iya atau tidak dengan nilai masing-masing 1 dan 0 untuk jawaban yang berkonotasi positif dan untuk negatif sebaliknya. Untuk dapat menyatakan hasil jawaban dari responden mempunyai nilai , maka disini memakai skala penilaian yang berisikan 3 kelas ( b = 3), yaitu kurang baik, biasa dan baik. Kemudian dibuat skala linier dengan rumus (Simamora, 2004).

Untuk mengukur sejauh mana perubahan sikap dan perilaku konsumen terhadap konsumsi broiler setelah adanya wabah flu burung di kota padang dapat dilakukan dengan perbandingan antara sikap dan perilaku dalam hal seleksi broiler dan persyaratan terhadap broiler serta perilaku responden terhadap bentuk broiler, yang akan di beli pada saat sebelum dan setelah terjadinya wabah flu burung di Kota Padang.

G. Definisi Operasional

1. Sikap konsumen adalah penilaian konsumen yang berkisar untuk membeli atau tidak membeli broiler. Sikap ini merupakan evaluasi terhadap setiap aspek penilaian terhadap broiler yang di jual kepada konsumen.

2. Perilaku pembelian adalah sebagai suatu tindakan konsumen yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk.

3. Daging ayam broiler adalah ayam jantan atau betina muda yang berumur dibawah delapan minggu, yang di jual di pasar.

4. Flu Burung merupakan penyakit berbahaya karena dapat menyebar dengan cepat .

5. Konsumen rumah tangga adalah pembeli yang melakukan pembelian broiler di Kota Padang .


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Geografis Kota Padang

Kota Padang adalah ibukota propinsi Sumatra Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatra dan berada antara 0o 44' 00" dan 1o 08' 35" lintang selatan serta antara 100o 05' 05" dan 100o 34' 09” bujur timur menurut PP no 17 tahun 1980 luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas propinsi Sumatra Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2.

Jika ditinjau dari kependudukan, maka penduduk kota padang pada tahun 2006 telah mencapai 819,740 jiwa meningkat dari jumlah sebelumnya yang mencapai 801,344 jiwa dengan demikian kepadatannya pun bertambah dari 1,153 jiwa/km2 menjadi 1,180/km2. Dari peningkatan jumlah penduduk tersebut, tentu meningkat juga kebutuhan akan pangan yang akan di konsumsi, seiring dengan panambahan penduduk tersebut dapat diperkirakan bahwa kebutuhan konsumsi tentu akan meningkat, terutama kebutuhan akan protein hewani, disini akan kita lihat yaitu kebutuhan konsumsi masyarakat akan broiler dari beberapa tahun kebelakang, sebagai acuan dalam melihat sejauh mana perubahan sikap konsumen dalam hal konsumsi broiler tersebut.

Tabel 1. Populasi Broiler dari tahun 2002-2006 di Kota Padang (dalam hitungan /ekor )

Tahun

Jumlah Populasi (ekor)

2006

2005

2004

2003

2002

4.977.030

4.602.785

4.854.900

3.650.000

2.856.000

Sumber : BPS, 2006

Tabel 2. Jumlah konsumsi masyarakat

Tahun

Jumlah konsumsi /ekor

2006

2005

2004

2003

2002

2.329.456

2.163.232

2.281.740

1.850.479

1.715.452

Sumber : BPS, 2006

Apabila kita lihat tabel berikut dari tahun ke tahun populasi dari daging broiler tidak jauh berbeda, walau terlihat cendrung naik turun namun tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok. Dan keadaan tersebut juga berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat terhadap daging broiler yang cendrung naik turun sesuai dengan jumlah populasi dari daging broiler tersebut. Ini disebabkan bahwa konsumen sangat tergantung pada pemenuhan protein hewani untuk keluarga mereka. Jika di bandingkan dengan produk hewani lain seperti daging sapi, maka daging broiler mempunyai harga yang lebih murah.

B. Karakteristik Konsumen Broiler di Kota Padang

Dalam penelitian ini responden yang dimintai keterangan adalah konsumen rumah tangga yang membeli broiler di Pasar Raya, pasar pembantu (Lubuk Buaya, Alai, Siteba, Bandar Buat) swalayan, dan pedagang keliling.

Selama penelitian ini berlangsung dalam kurun waktu satu bulan, peneliti mengambil responden yaitu 50% dari total sampel di ambil dari respoden yang membeli di pasar raya dan 50% lagi di ambil dari respoden yang membeli broiler di pasar pembantu, pedagang keliling dan pasar swalayan. Karna pasar raya cendrung mempunyai populasi yang lebih besar di bandingkan dengan pasar pembantu maka pengambilan sampel pun lebih besar. Karakrteristik yang di kaji dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan perbulan, pekerjaan, status perkawinan, jumlah anggota keluarga.

1. Jenis kelamin

Tabel 3. Jenis kelamin

Jenis kelamin

Jumlah Responden (orang)

Persentase(%)

Laki-laki

Perempuan

9

51

15.00

85.00

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil penelitian, 2007

Berdasarkan jenis kelamin, dalam penelitian yang berlangsung selama satu bulan peneliti yang menemui responden yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 51 orang dengan persentase 85,00%, hal ini menunjukkan bahwa wanita lebih banyak berperan dalam hal pembelian bahan pangan di rumah tangga, sependapat dengan Kotler 2003 bahwa wanita dengan cepat mendapat kekuasaan pembelian dalam rumah tangga. Dimana kebanyakan dari wanita lebih banyak menyisihkan waktu untuk membeli pangan, itu juga merupakan perwujudan seorang ibu yang dituntut untuk melayani keluarganya, dan peran bapak yang semata sebagai pencari nafkah dan ibu /istri mengatur, dari segi lain wanita/ ibu lebih cendrung selektif dalam pembelian pangan dan hal penawaran harga yang pantas. Walaupun pada saat sekarang banyak para ibu yang bekerja sama dengan sang bapak namun dalam hal rumah tangga masih merupakan tanggung jawab yang utama.

2. Usia

Tabel 4. Usia Responden

Kelompok umur

Jumlah Responden (orang)

Persentase(%)

Di atas median

Sama dengan median

Di bawah median

34

4

22

45.00

16.67

38.33

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dalam penelitian ini responden yang dimintai keterangan terkecil berumur 20 tahun dan yang paling tua berumur 65 tahun. Jika dalam usia ini dikelompokkan dalam tiga tingkatan, yaitu median, diatas median, dan sama dengan median, responden yang berusia 20 - 40 tahun sebanyak dan berusia 40 tahun atau median sebanyak 4 orang dan diatas 40 sebanyak 34 orang, ini dapat digambarkan bahwa yang membeli daging ayam di pasar bervariasi. Dimana selera seseorang terhadap barang atau jasa sangat berhubungan dengan umur, semakin dewasa umur seseorang maka keputusan pembelian suatu barang akan semakin selektif. Sesuai dengan pendapat Simamora (2001), selera seseorang akan berubah, sesuai dengan bertambahnya umur. Berikutnya Kotler (2003) menambahkan, bahwa umur juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menerima dan membuat segala sesuatu yang baru.

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi seseorang, baik itu jenis makanan yang akan di konsumsi atau di lihat dari segi kandungan gizi makanan yang akan di konsumsi. Pendidikan formal respoden sangat bervariasi mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Tabel 5. Pendidikan responden

Tingkat pendidikan

Jumlah Responden (orang)

Persentase(%)

Pendidikan Dasar

SMP

SMA

DIPLOMA

SARJANA

2

8

36

8

6

3.33

13.33

60.00

13.33

10.00

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden adalah menengah ke atas dan perguruan tinggi dengan total 50 responden hal ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan pembelian suatu produk yang bernilai gizi tinggi bagi keluarga adalah seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Sesuai dengan pendapat Roejito (1988), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan tentang gizi dan makanan yang akan di konsumsinya, sebagai mana di tambahkan oleh Suharjo (1989) konsumen yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi, karena konsumennya mempunyai pendidikan yang cukup.

4. Pekerjaan

Pekerjaan menurut www departemen komunikasi dan informasi, pekerjaan di bedakan dalam 2 kategori yaitu : Formal dan Informal

Tabel 6. Pekerjaan Responden

Pekerjaan

Jumlah Responden (orang)

Persentase (%)

Formal

In formal

35

25

58.33

41.67

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Menurut Kotler (2002), pola konsumsi seseorang juga di pengaruhi oleh pekerjaannya. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan sebahagian besar responden 58,33 % responden bekerja pada sektor formal 41,67% bekerja di sektor informal (wiraswasta, ibu rumah tangga, petani, peternak dan lainnya ).

5. Tingkat pendapatan

Tabel 7. Tingkat pendapatan Responden

Tingkat pendapatan

Jumlah Responden (orang)

Persentase(%)

≤ 1.000.000

1.500.000- 2000.000

≥ 3.000.000

17

35

8

28.33

58.33

13.33

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Untuk menentukan tingkat pendapatan responden, peneliti membagi pendapatan dalam tiga pilihan. Setelah dilakukan pembagian tersebut bahwa pendapatan responden terbanyak adalah responden yang mempunyai tingkat pendapatan 1.500.000–2.000.000 dengan persentase sebesar 58,33%, dan responden yang berpenghasilan ≤ 1.000.000 sekitar 28,33% dan sebanyak 13,33% berpenghasilan ≥ 3.000.000. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa, konsumsi pangan sumber protein hewani mempunyai kaitan erat dengan pendapatan. Semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula konsumsi pangan hewani, artinya peningkatan pendapatan akan meningkatkan daya beli terhadap konsumsi pangan hewani. (Herdiansyah & Arifin di kutip dari skripsi Darmawanto).

6. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga yaitu, untuk dapat mengetahui jumlah dari masing-masing keluarga yang nantinya dapat menentukan seberapa besar, keluarga tersebut mengkonsumsi daging broiler.

Tabel 8. Jumlah anggota keluarga

Anggota keluarga (orang)

Jumlah responden

(orang)

Persentase(%)

0-1

2-3

3-4

4-5

>5

5

3

1

35

16

8.33

5.00

1.67

58.33

26.67

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Selama penelitian berlangsung diperoleh hasil bahwa responden memiliki jumlah anggota keluarga lebih banyak yaitu 4-5 orang dengan persentase 58,33% dengan banyaknya jumlah anggota keluarga maka membutuhkan pembelian pangan yang banyak pula.

C. Sikap Konsumen Terhadap Pembelian Broiler di Kota Padang

Tabel 9. Sikap responden terhadap pembelian daging broiler sebelum terdengar wabah isu flu burung di Kota Padang

Aspek

kualitas

Tingkat

pertimbangan

Jumlah responden (orang)

Persentase

(%)

Selesai pembelian

Kelincahan broiler yang di beli

Sangat penting

18

30.00

Penting

20

33.33

Cukup penting

12

20.00

Kurang penting

7

11.67

Tidak penting

3

5.00

60

100

Penampilan fisik

Sangat penting

14

23.33

Penting

15

25.00

Cukup penting

11

18.33

Kurang penting

8

13.33

Tidak penting

12

20.00

60

100

Berat badan

Sangat penting

28

46.67

Penting

19

31.67

Cukup penting

11

18.33

Kurang penting

2

3.33

Tidak penting

0

0.00

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari tabel diatas dapat digambarkan sikap responden tentang seleksi pembelian daging broiler pada saat isu flu burung belum mereka ketahui berjangkit di Kota Padang.

Seleksi pembelian broiler dimaksud adalah seleksi terhadap broiler yang di beli oleh konsumen rumah tangga yaitu dinilai dari kelincahan broiler yang dibeli, penampilan fisik broiler dan berat badan broiler. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek kualitas yang di jadikan alasan untuk mengambil keputusan adalah sebagai berikut.

Pada umumnya responden menyatakan bahwa konsumen rumah tangga sangat memperhatikan kelincahan dari broiler yang mereka beli namun tidak menjadikan bahwa faktor kelincahan dari broiler yang mereka beli menjadi faktor utama mereka. Hal ini terlihat dari persentase 33,33% dari responden hanya memberikan penilaian penting untuk menjadikan faktor kelincahan.

Untuk pertimbangan mengenai berat badan broiler yang akan mereka beli, pada umumnya responden menyatakan bahwa berat badan merupakan pertimbangan yang utama dalam pembelian. Mereka lebih suka memilih-milih beberapa broiler dan memperkirakan berat badan broiler baru selanjutnya mengambil broiler yang di rasa lebih berat dan kondisi badan yang lebih cerah. sehinga 46,67% responden sangat penting untuk menentukan berat broiler sebelum mereka melakukan pembelian.

Dan yang menjadi pertimbangan lain dalam seleksi terhadap broiler adalah persyaratan terhadap broiler yang akan di beli. Persyaratan broiler yang akan di beli yaitu ada beberapa aspek yang akan menjadi pertimbangan bagi konsumen rumah tangga dalam melakukan pembelian daging broiler.


Tabel 10. Persyaratan broiler yang akan di beli konsumen sebelum adanya isu flu burung di Kota Padang

a. persyaratan terhadap harga

Atribut Persyaratan

Tingkat pertimbangan

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

Pembelian broiler dengan harga murah

Sangat penting

27

45.00

Penting

15

25.00

Cukup penting

9

15.00

Kurang penting

5

8.33

Tidak penting

4

6.67

60

100

Pembelian banyak apabila harga turun

Sangat penting

29

48.33

Penting

17

28.33

Cukup penting

7

11.67

Kurang penting

4

6.67

Tidak penting

3

5.00

60

100

Mencari barang pengganti

Sangat penting

11

18.33

Penting

16

26.67

Cukup penting

10

21.67

Kurang penting

23

38.33

Tidak penting

0

0.00

60

100

b. Persyaratan Terhadap tempat pembelian

Atribut Persyaratan

Tingkat pertimbangan

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

Jarak tempat penjual dengan tempat tinggal

Sangat penting

20

33.33

Penting

8

13.33

Cukup penting

15

25.00

Kurang penting

8

13.33

Tidak penting

9

15.00

60

100

Ketetapan tempat pembelian

Sangat penting

20

33.33

Penting

16

26.67

Cukup penting

11

18.33

Kurang penting

6

10.00

Tidak penting

7

11.67

60

100

Kebersihan tempat penjualan

Sangat penting

19

31.67

Penting

14

23.33

Cukup penting

19

31.67

Kurang penting

6

10.00

Tidak penting

2

3.33

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari penelitian yang dilakukan, pada umumnya responden rumah tangga sangat memperhatikan harga yang di tawarkan untuk satu ekor broiler dengan berat yang diperkirakan. Karena ini berpengaruh juga terhadap perekonomian mereka, sehingga dalam penelitian didapat sekitar 45,00% responden menjadikan harga sangat penting dipertimbangkan dalam pembelian broiler.

Sebagai mana pendapat yang dikemukakan oleh Kotler (2003) bahwa pilihan suatu produk sangat di pengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi disini adalah pendapatan konsumen rumah tangga tersebut. Pendapatan berkaitan erat dengan kemampuan daya beli konsumen. Pendapatan juga merupakan faktor penentu terhadap kualitas dan kuantitas produk yang akan di beli (Berg, 1986).

Pada saat broiler mengalami penurunan harga pembelian konsumen terhadap broiler pun meningkat, ini disebabkan bahwa konsumen rumah tangga sadar bahwa broiler bagi mereka adalah sebagai sumber protein hewani keluarga yang setara dengan daging sapi namun mempunyai standar harga yang terjangkau oleh ekonomi mereka, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak membeli jika harga broiler tersebut menurun atau murah. Sehingga 48,33% responden menganggap sangat penting untuk melakukan pembelian daging broiler pada saat harga broiler murah.

Untuk tindakan konsumen rumah tangga mencari barang pengganti terhadap broiler terhadap broiler maka mereka memberikan skor kurang penting karna daging broiler sebagai produk hewani dengan harga yang terjangkau oleh keuangan mereka dan disukai oleh semua keluarga. Dalam hal ini responden memberikan tingkat pertimbangan sebanyak 38,33% untuk kurang penting mengganti broiler dengan produk lain. Namun terkadang mereka juga memvariasikan dengan ikan dan daging. Dari tabel diatas juga dapat digambarkan sikap konsumen terhadap aspek lokasi pembelian broiler yang dijadikan alasan untuk mengambil keputusan dalam pembelian.

Jika lihat dari lokasi pembelian maka 33,33% responden memberikan penilaian sangat penting, karna mereka lebih memilih membeli broiler yang dekat dengan tempat tinggal mereka.

Selanjutnya, sebagian besar responden menganggap bahwa sangat penting bagi mereka untuk melakukan pembelian daging broiler dengan pedagang yang sudah mereka kenal, atau yang menjadi langganan mereka sewaktu membeli broiler. Sehingga mereka percaya bahwa langganan bagi mereka selalu memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan.

Berbeda dengan tempat pembelian broiler dan pengaruh langganan faktor kebersihan dari tempat penjualan sangat bervariasi dengan persentase yang hampir sama, sangat penting 31,67% dan cukup penting 31,67 sehingga di Kota Padang sendiri ada konsumen rumah tangga yang sangat penting untuk memperhatikan tempat penjual, namun ada yang memberikan penilaian cukup penting terhadap hal kebersihan, ini bisa juga disebabkan karna ada sebahagian konsumen lebih senang dengan pelayanan yang memuaskan walaupun terkadang tempat tersebut kurang bersih.

D. Perilaku Pembelian Sebelum Adanya Isu Flu Burung di Kota Padang

1. Tingkat kesukaan terhadap broiler

Tingkat kesukaan disini yaitu menentukan bahwa konsumen broiler benar menyukai daging broiler atau hanya semata-mata membeli broiler untuk kebutuhan keluarga atau lainnya.

Tabel 11. Tingkat kesukaan terhadap broiler

Tingkat Kesukaan

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

Suka

57

95.00

Tidak suka

3

5.00

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 95,00% dari jumlah keseluruhan responden menyukai untuk mengkonsumsi broiler, hanya 5,00% responden yang tidak menyukai daging broiler, namun mereka membeli untuk kebutuhan anggota keluarga mereka yang menyukai mengkonsumsi daging broiler dan lainnya.

2. Jumlah pembelian rata- rata perbulan

Jumlah pembelian rata-rata perbulan adalah banyaknya broiler yang di beli konsumen rumah tangga (per ekor)untuk pemenuhan akan protein hewani dalam waktu satu bulan, dalam hal ini jumlah broiler di bagi menjadi 4 kriteria yaitu 1-2 ekor, 2-3 ekor, 3-4 ekor, dan >4 ekor.

Tabel 12. Jumlah pembelian broiler rata-rata per bulan

Jumlah pembelian (ekor)

Jumlah responden (orang)

Persentase(%)

1-2

2-3

3-4

>4

4

6

9

41

6.67

10.00

15.00

68.33

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata perbulan konsumen rumah tangga mengkonsumsi broiler lebih dari 4 ekor yaitu dengan proporsi terbesar sebanyak 41 responden dan jumlah pembelian terkecil adalah 1-2 ekor per bulan dengan jumlah 4 responden. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sangat menyukai daging broiler.

3. Frekuensi pembelian

Frekuensi pembelian dapat di lihat dari beberapa kali konsumen rumah tangga melakukan pembelian dalam satu bulan. Untuk frekuensi pembelian dapat dikelompokkan menjadi empat pilihan yaitu :

Tabel 13. Frekuensi pembelian perbulan

Frekuensi pembelian

perbulan

Jumlah responden

(orang)

Persentase

(%)

1-2 x sebulan

3-4x sebulan

>4x sebulan

tidak tentu

8

34

7

11

13.33

56.67

11.67

18.33

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Rata–rata frekuensi pembelian konsumen rumah tangga yang mempunyai persentase terbesar yaitu antara 3-4 kali dalam setiap bulan yaitu, dengan jumlah responden sebanyak 34 orang dengan persentase lebih dari 50%. Ini menggambarkan bahwa kebutuhan akan protein hewani mereka sangat tinggi untuk mereka penuhi dengan mengkonsumsi broiler, namun mereka juga menyesuaikan dengan pendapatan mereka.

4. Waktu pembelian

Waktu pembelian merupakan saat dimana konsumen rumah tangga melakukan pembelian broiler. Waktu pembelian ini dapat kita lihat dari tabel berikut.

Tabel 14. Waktu pembelian broiler

Indikator

waktu

Jumlah respoden

(orang)

Persentase

(%)

Pagi

Siang

Sore

Tidak tentu

39

6

8

7

65.00

10.00

13.33

11.67

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Pada umumnya waktu pembelian broiler yang diminati oleh konsumen dalam pembelian daging broiler adalah pada pagi hari yaitu sekitar pukul 07.00–10.00 WIB dengan proporsi terbesar 39 responden atau 65,00% dari jumlah responden. Dari penelitian yang di lakukan konsumen rumah tangga lebih senang berbelanja pada pagi hari, sehingga dapat berbelanja kebutuhan pangan lainnya yang tentunya masih sangat segar. Bagi responden yang berbelanja pada siang hari yang umumnya pegawai negri dan swasta bukan berarti mereka tidak ingin berbelanja pada pagi hari, melainkan karna mereka tidak memiliki waktu tersebut selain pada hari libur. responden yang berbelanja pada siang hari yaitu berkisar antara pukul 11.30 - 14.00 dan jumlah terkecil pada saat dilakukan penelitian yang memberikan keterangan untuk berbelanja pada siang hari yaitu sekitar 10,00%. Namun ada juga beberapa responden yang melakukan pembelian broiler pada sore hari 13,33% hari dan hanya 11,67% yang melakukan pembelian broiler kapan saja mereka melakukan pembelian.

5. Tempat pembelian

Tempat pembelian broiler yang sering di kunjungi konsumen rumah tangga untuk membeli daging broiler.

Tabel 15. Tempat pembelian broiler

Tempat

pembelian

Jumlah responden

(orang)

Persentase

(%)

Pasar raya

Pasar pembantu

Pasar swalayan

Pedagang keliling

30

24

0

6

50.00

40.00

0.00

10.00

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Tempat pembelian yang di lakukan konsumen sangat bervariasi yaitu sesuai dengan sikap konsumen yang cendrung melakukan pembelian broiler lebih dekat dengan lokasi tempat tinggal mereka.

Dalam hal ini konsumen yang bertempat tinggal dekat dengan pasar pembantu pun lebih memilih berbelanja di pasar pembantu, apa bila ada keperluan lain yang mengharuskan mereka menuju pasar pusat maka mereka lebih memilih di pasar pusat. Namun selama penelitian tidak di temukan konsumen rumah tangga yang melakukan pembelian broiler di pasar swalayan, dan sebanyak 10,00% melakukan pembelian pada pedagang keliling sebanyak 50,00% pada pasar pusat dan 40,00% pada pasar pembantu.

6. Bentuk broiler yang dibeli

Bentuk broiler yang di beli yaitu bentuk broiler yang di minati oleh konsumen rumah tangga, yang akan mereka konsumsi, pada saat sebelum tersebarnya flu urung di Kota Padang.

Tabel 16. Bentuk broiler yang di beli konsumen

Bentuk broiler yang di beli

Jumlah responden (orang)

Persentase

(%)

Broiler yang masih hidup lalu di potong

58

96.67

Broiler yang telah di potong terlebih dahulu

2

3.33

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dalam hal bentuk broiler yang diminati oleh konsumen rumah tangga , dalam hal ini hampir mencapai 100% konsumen rumah tangga memilih membeli broiler dalam keadaan hidup, lalu di lakukan potong. Ini menampakkan bahwa konsumen rumah tangga sangat berhati-hati dalam menentukan pangan yang akan mereka konsumsi, sehingga mereka lebih selektif dalam melakukan pembelian broiler, bagi mereka membeli daging broiler yang masih hidup, lalu pedagang memotong broiler yang mereka pilih dengan melihat proses pemotongan tersebut, membuat mereka tidak ragu untuk mengkonsumsi.

7. Anggota yang menyukai daging broiler

Anggota keluarga yang dimaksud adalah siapa saja anggota keluarga mereka yang menyukai broiler yang mengharuskan mereka untuk membeli broiler. Semakin banyak anggota keluarga yang menyukai daging broiler maka dapat di pastikan permintaan terhadap daging broiler akan semakin meningkat.

Tabel 17. Anggota keluarga yang menyukai daging broiler

Anggota yang menyukai daging broiler

Jumlah responden

(orang)

Persentase

(%)

Semua keluarga

Ayah/ibu

Anak

Lain- lain

54

2

0

4

90.00

3.33

0.00

6.67

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa hampir dari semua responden memberikan pilihan bahwa semua keluarga mereka menyukai daging broiler. Sehingga dengan banyaknya anggota keluarga yang menyukai daging broiler maka mengakibatkan permintaan akan broiler pun akan semakin meningkat pula. Hal ini ditunjukkan dengan persentase 90,00% atau setara dengan 54 responden yang menyatakan bahwa semua keluarga mereka sangat menyukai daging broiler. Sehingga sangat sulit bagi mereka untuk tidak mengkonsumsi daging broiler tersebut.

E. Informasi Tentang Flu Burung

Pada saat isu flu burung merebak di Indonesia umumnya dan mulai menyebar khususnya di Kota Padang, hampir dari seluruh dari responden mengetahui tentang isu flu burung tersebut. Pengetahuan yang mereka peroleh lebih cepat yaitu dengan gencarnya media televisi memberitakan isu tersebut. Ditambah lagi dengan berita pada koran atau harian yang tentunya sangat dekat dengan masyarakat pada saat sekarang. Sesekali mereka juga didatangi para petugas penyuluh lapangan yang memberikan info lebih lanjut akan cara memberantas serta pencegahan terhadap isu yang sedang berkembang. Pemberitaan melalui televisi sangat membuat masyarakat menjadi takut/kawatir sehingga meningkatkan kewaspadaan dalam mengkonsumsi daging broiler, namun ketakutan/khawatir serta kewaspadaan tidak memberikan penilaian yang negatif untuk tidak mengkonsumsi, namun konsumen rumah tangga hanya mengurangi pembelian, namun seiring waktu permintaan keluarga tidak bisa di kurangi sehingga mereka pun melakukan pembelian seperti biasa, namun dalam hal ini mereka harus memperhatikan keadaan broiler yang mereka beli. Konsumen rumah tangga sangat menyadari bahwa tingginya konsumsi mereka terhap protein hewani, sehingga membuat mereka harus mengkonsumsi. Ini juga sangat berpengaruh pada pendapatan mereka. Karena pada dasarnya protein hewani yang bernilai gizi setara dengan daging sapi namun tinggi harga daging sapi menjadikan mereka lebih akrab dengan daging broiler yang harganya cendrung lebih rendah.


Tabel 18. Informasi tentang flu burung

Uraian

Tingkat

pertimbangan

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

Media massa sangat membantu anda dalam mengenali ciri-ciri broiler yang terkena wabah flu burung

Sangat setuju

27

45.00

Setuju

30

50.00

Kurang setuju

3

5.00

Tidak setuju

0

0.00

Sangat tidak setuju

0

0.00

Jumlah

60

100

Media massa seperti televisi dan radio sebagai salah satu media massa yang cepat memberikan informasi (penayangan berita-berita tentang flu burung)

Sangat setuju

24

40.00

Setuju

36

60.00

Kurang setuju

0

0.00

Tidak setuju

0

0.00

Sangat tidak setuju

0

0.00

Jumlah

60

100

Virus flu burung sangat berbahaya

Sangat setuju

3

5.00

Setuju

15

25.00

Kurang setuju

21

35.00

Tidak setuju

15

25.00

Sangat tidak setuju

6

10.00

Jumlah

60

100

virus flu burung akan mati dan aman di konsumsi, apabila mengolah dengan suhu yang tinggi dan di masak hingga matang

Sangat setuju

6

10.00

Setuju

21

35.00

Kurang setuju

33

55.00

Tidak setuju

0

0.00

Sangat tidak setuju

0

0.00

Jumlah

60

100

Ayam yang beredar di pasar tidak terjangkit flu burung, karna telah mendapat sertifikat

Sangat setuju

12

20.00

Setuju

45

75.00

Kurang setuju

3

5.00

Tidak setuju

0

0.00

Sangat tidak setuju

0

0.00

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari data yang di peroleh dapat dilihat bahwa konsumen mengetahui tentang adanya flu burung dan sebagaimana pencegahannya, Namun hal itu bukan semata hanya karna mereka mengetahui namun terlebih dari tingginya keinginan untuk tetap mengkonsumsi.

Media massa sangat membantu mereka dalam memberikan informasi mengenai flu burung, sebagai sumber yang paling cepat mereka terima yaitu melalui televisi atau radio yang sudah akrab dengan masyarakat, namun terkadang mereka juga mengetahui dari berita tersebut melalui koran dan harian lokal yang terbit setiap hari.

Virus flu burung merupakan virus yang berbahaya, namun dalam menanggapi uraian ini di peroleh persentase tertinggi sebanyak 21 responden dengan persentase 35,00% memilih kurang setuju dan, mereka lebih cendrung memperhatikan dalam hal pengolahan saja. Pengolahan yang mereka lakukan yaitu sebagai antisipasi sebelum mengkosumsi, biasanya mereka terlebih dahulu merebus daging broiler dengan memberikan bumbu masakan, dan setelah matang baru selanjutnya mereka mengolah lebih lanjut sesuai dengan keinginan mereka.

Melalui informasi juga banyak dari responden yang mengetahui bahwa broiler yang beredar di pasar sebelum di jual ke konsumen terlebih dahulu telah mendapat sertifikat, sebanyak 45 orang responden memberikan penilaian setuju jika broiler yang beredar telah mempunyai sertifikat.

Tabel 19. Skor Informasi tentang flu burung

Uraian

Skor penilaian

Persentase(%)

Media massa sangat membantu anda mengenali broiler yang terkena wabah flu burung

264

22.68

Media massa seperti radio dan televise sebagai media yang cepat memberikan informasi

264

22.68

Virus flu burung sangat berbahaya

174

14.95

Virus flu burung akan mati dan aman di konsumsi, apabila mengolah dengan suhu yang tinggi dan di masak hingga matang

213

18.30

Ayam yang beredar di pasar tidak terjangkit flu burung, karna telah mendapat sertifikat

249

21.39

Jumlah

1164

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007


Dari penelitian yang di lakukan di peroleh data mengenai informasi responden terhadap isu flu burung, disini terlihat bahwa konsumen mengetahui tentang adanya wabah flu burung di kota padang, melalui televisi dan radio, berita adanya wabah flu burung dapat mereka ketahui dengan cepat dan jelas. Ini di sebabkan bahwa saat sekarang media massa tersebut telah dekat dengan masyarakat apalagi di daerah perkotaan seperti Kota Padang sendiri dengan tingginya pesentase terhadap uraian ini 22,68 % dan persentase yang sama juga terjadi pada uraian bahwa media massa memberikan atau membantu masyarakat sebagai konsumen broiler dalam mengenali ciri-ciri broiler yang terjangkit wabah flu burung. Broiler yang beredar di pasar sebelum di jual ke konsumen, terlebih dahulu telah di mendapat sertifikasi aman dari wabah flu burung, sehingga layak untuk di konsumsi. Hal tersebut telah di ketahui oleh konsumen dengan persentase 21,39%. Penangan terhadap broiler lebih di perhatikan. Penanganan yang mereka lakukan yaitu dengan mengunakan suhu tinggi dan memasak makanan hingga matang. Virus flu burung adalah virus yang mudah musnah karena panas, sehingga untuk mengkonsumsi harus melalu penanganan secara benar.

F. Sikap Konsumen Terhadap Konsumsi Daging Broiler Setelah Isu Flu Burung di Kota Padang

1. Seleksi pembelian Broiler setelah adanya wabah flu burung di Kota Padang

Setelah merebaknya berita mengenai isu flu burung di Kota Padang yang sangat cepat tersiar di kalangan masyarakat, melalu media massa serta adanya penayangan pemberantasan unggas secara masal baik yang terkena flu burung maupun yang di duga terjangkit wabah yang berbahaya tersebut. Dengan adanya pemberitaan tersebut membuat konsumen harus mewaspadai untuk mengkonsumsi broiler dan bagai mana sikap konsumen rumah tangga menghadapi isu yang beredar tersebut.

Tabel 20. Sikap konsumen terhadap konsumsi daging broiler setelah adanya wabah flu burung di Kota Padang.

Aspek kualitas

Tingkat pertimbangan

Jumlah responden (orang)

Persentase

(%)

Selesai pembelian

Kelincahan broiler yang di beli

Sangat penting

23

38.33

Penting

13

21.67

Cukup penting

10

16.67

Kurang penting

9

15.00

Tidak penting

5

8.33

60

100

Penampilan fisik

Sangat penting

17

28.33

Penting

8

13.33

Cukup penting

16

26.67

Kurang penting

9

15.00

Tidak penting

10

16.67

60

100

Berat badan

Sangat penting

20

33.33

Penting

27

45.00

Cukup penting

8

13.33

Kurang penting

5

8.33

Tidak penting

0

0.00

60

100






Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Pada aspek kelincahan broiler yang akan mereka beli sangat penting bagi konsumen rumah tangga untuk melihat kelincahan broiler yang akan mereka beli dengan persentase 38,33% responden sangat penting memperhatikan kelincahan broiler tersebut. Kelincahan dari broiler yang dimaksud adalah dengan terlihat tidak murung atau tidak aktif, dengan adanya wabah flu burung konsumen sepertinya lebih meningkatkan perhatian sehingga seleksi terhadap broiler harus menjadi perhatian mereka sebelum mereka membeli.

Namun dalam hal berat badan seperti sebelumnya juga menjadi faktor yang sangat penting bagi konsumen untuk menjadi bahan pertimbangan pada setiap pembelian yang mereka lakukan, sehingga 33,33% responden memberikan penilaian terhadap aspek persyaratan terhadap broiler yang akan mereka beli. Dan sikap konsumen rumah tangga terhadap penampilan fisik broiler setelah adanya isu flu burung di Kota Padang memberikan penilaian 28,33% berbeda sedikit dengan responden yang memberikan penilaian cukup penting untuk memperhatikan faktor tersebut. Pemilihan terhadap broiler dengan kondisi baik dan tetap memperhatikan berat badan broiler yang akan di beli tetap menjadi tujuan terpenting dalam pembelian bagi konsumen rumah tangga.

2. Persyaratan terhadap broiler yang akan mereka beli setelah adanya wabah flu burung di Kota Padang.

Tabel 21. Persyaratan pembelian broiler setelah adanya wabah flu burung di Kota Padang

a. Persyaratan terhadap harga

Aspek persyaratan

tingkat pertimbangan

Jumlah responden (orang)

Persentase

(%)

Pembelian broiler dengan harga murah

Sangat penting

20

33.33

Penting

10

16.67

Cukup penting

16

26.67

Kurang penting

6

10.00

Tidak penting

8

13.33

60

100

Pembelian banyak apabila harga turun

Sangat penting

15

25.00

Penting

8

13.33

Cukup penting

21

35.00

Kurang penting

9

15.00

Tidak penting

7

11.67

60

100

Mencari barang pengganti

Sangat penting

26

43.33

Penting

18

30.00

Cukup penting

10

16.67

Kurang penting

6

10.00

Tidak penting

0

0.00

60

100


b. Persyaratan terhadap tempat

Aspek persyaratan

Tingkat pertimbangan

Jumlah responden (orang)

Persentase

(%)

Jarak tempat penjual dengan tempat tinggal

Sangat penting

17

28.33

Penting

17

28.33

Cukup penting

13

21.67

Kurang penting

6

10.00

Tidak penting

7

11.67

60

100

Ketetapan tempat pembelian

Sangat penting

22

36.67

Penting

22

36.67

Cukup penting

7

11.67

Kurang penting

5

8.33

Tidak penting

4

6.67

60

100

Kebersihan tempat penjualan

Sangat penting

23

38.33

Penting

24

40.00

Cukup penting

10

16.67

Kurang penting

1

1.67

Tidak penting

2

3.33

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Pembelian broiler dengan harga murah sepertinya menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi konsumen rumah tangga walau mereka telah mengetahui bahwa flu burung telah beredar di kota padang, namun hal ini tidak terlepas dari tingginya keinginan untuk tetap mengkonsumsi daging broiler. Bagi mereka pada saat isu tersebut marak di beritakan, membuat keluarga mereka kurang berminat untuk mengkonsumsi namun setelah berjalannya waktu dan isu tersebut tidak lagi beredar jelas, permintaan keluarga pun kembali seperti biasa. Anak-anak mereka seakan lupa pada isu yang berkembang dan kembali mengkonsumsi seperti biasa. Ini juga disebabkan dengan pengetahuan responden yang lebih baik karna, disadari atau tidak flu burung akan beredar cepat pada broiler sekiranya broiler yang di beli terjangkit wabah flu burung, tentu pedagang lah yang terlebih dahulu terkena wabah tersebut, karena kontak langsung yang terjadi pada saat pemotongan broiler tersebut.

Pembelian banyak jika harga turun memberikan pilihan tertinggi sebanyak 21 orang responden setara dengan 35,00% memberikan penilaian cukup penting, Dan sedikit menurun pada asumsi konsumen yang memberikan penilaian sangat penting yang hanya 25,00% dari total responden. Ini terbukti bahwa setelah adanya isu flu burung, konsumen cenderung membeli bukan di sebabkan harga broiler turun, namun mereka melakukan pembelian karena permintaan dari keluarga.

Pada saat terjadi wabah flu burung di kota padang, keinginan konsumen untuk mencari barang pengganti dengan persentase sangat penting yaitu 43,33% merupakan tingkat persentase tertinggi, dari total responden yang melakukan pemilihan. Ini diakibatkan isu yang beredar sangat gencar diberitakan oleh sejumlah media massa, sehingga mereka mencari barang pengganti yang tentu kadar protein hewaninya seimbang dengan broiler, namun dengan demikian semakin mereka berganti harga barang pengganti pun meningkat, dan dengan sendirinya mereka pun beralih ke broiler. Ini terjadi karna faktor pendapatan dari konsumen.

Lokasi tempat pembelian daging broiler sepertinya tetap menjadi faktor dengan persentase tertinggi, bahwa dekatnya lokasi tempat pembelian dengan tempat tinggal, membuat mereka lebih cepat menuju kediaman sehingga mereka lebih cepat untuk mengolah menjadi makanan.

Begitu juga dengan ketetapan tempat pembelian sepertinya langganan tentu memberikan pilihan yang baik untuk mereka sehingga mereka lebih suka berbelanja dengan pedagang yang menjadi langganan dalam membeli daging broiler. Ditambah lagi langganan akan memberikan sedikit banyak informasi kepada konsumen yang menjadi langganan mereka, karna komunikasi telah terjalin dari konsumen yang membeli dengan padagang broiler, sehingga konsumen yang membeli broiler lebih leluasa untuk meminta broiler yang berkualitas baik.

Tidak seperti sebelumnya setelah adanya kasus isu flu burung konsumen pun lebih perhatian terhadap kebersihan lingkungan tempat pembelian daging broiler 40,00% responden memberikan penilaian sangat penting untuk melihat kebersihan tempat membeli broiler.

G. Perilaku Pembelian Setelah Adanya Isu Flu Burung di Kota Padang

1. Tingkat kesukaan terhadap konsumsi broiler

Tabel 22. Tingkat Kesukaan terhadap Broiler

Tingkat Kesukaan

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

Suka

Tidak suka

50

10

83.33

16.67

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Setelah adanya wabah flu burung di kota padang menyebabkan terjadi penurunan terhadap tingkat kesukaan konsumen rumah tangga yaitu sebanyak 83,33% responden yang sangat menyukai broiler menurun dari jumlah sebelumnya sebanyak 95,00%. Adanya sedikit penurunan yang terjadi disebabkan adanya pemberitaan dari media massa yang membuat konsumen untuk kurang menyukai atau tidak menyukai sama sekali.

2. Jumlah pembelian rata per bulan

Jumlah pembelian broiler disini adalah jumlah rata-rata broiler yang di beli dalam setiap bulan oleh konsumen untuk pemenuhan protein hewani keluarga setelah adanya wabah flu burung yang melanda Kota Padang.

Tabel 23. Jumlah pembelian rata per bulan

Jumlah pembelian (ekor)

jumlah responden (orang)

Persentase (%)

1-2

2-3

3-4

>4

17

31

9

3

28.33

51.67

15.00

5.00

Jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dengan adanya flu burung di kota padang membuat responden sangat berhati-hati dalam melakukan pembelian, namun mereka tidak memutuskan untuk tidak mengkonsumsi, hanya mengurangi jumlah pembelian mereka, sehingga dapat terlihat bahwa setelah adanya wabah flu burung di Kota Padang, pembelian konsumenpun meningkat pada jumlah 2-3 ekor perbulan dengan persentase 51,97%. Jika di lihat dari jumlah pembelian konsumen sebelum adanya isu flu burung tersebut konsumem membeli broiler lebih dari empat ekor perbulanya. Namun setelah adanya isu tersebut terjadi pengurangan terhadap jumlah pembelian yang mereka lakukan. Ini di sebabkan karna tingginya permintaan keluarga terhadap pemenuhan protein hewani terutama broiler.

2. Frekuensi pembelian

Frekuensi pembelian disini adalah berapa kali konsumen rumah tangga melakukan pembelian daging broiler selama satu bulan. Setelah adanya wabah flu burung yang merebak Kota Padang, dapat dilihat seberapa jauh isu flu burung mempengaruhi frekuensi pembelian broiler oleh konsumen.


Tabel 24. Frekuensi pembelian perbulan

Frekuensi Pembelian Perbulan

Jumlah Responden (orang)

Persentase (%)

1-2 x sebulan

3-4x sebulan

>4x sebulan

tidak tentu

19

23

5

13

31.67

38.33

8.33

21.67

jumlah

60

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa dengan adanya kasus isu flu burung yang terjadi di kota padang hanya memberikan sedikit perubahan terhadap frekuensi pembelian sehingga tidak jauh berbeda, terlihat 19 responden atau setara 31,67% mengkonsumsi 1-2 kali dalam sebulan dan 23 responden dengan persentase 38,33% melakukan pembelian 3-4 sebulan, dengan demikian frekuensi pembelian konsumen setelah adanya isu flu burung berkurang dari biasanya namun mereka tetap mengkonsumsi daging broiler.

H. Perubahan Sikap Konsumen Daging Broiler Setelah Adanya Wabah Flu Burung di Kota Padang

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai sejauh mana kecendrungan perubahan sikap dan perilaku konsumen terhadap wabah flu burung yang melanda kota padang, dan sejauh mana besarnya perubahan perilaku dan sikap konsumen tersbut yang dapat melakukan perubahan terhadap pembelian mereka. Hal ini dapat dilihat dengan perbandingan skor yang terjadi pada saat sebelum terjadi wabah flu burung dengan setelah mereka mengetahui tentang adanya flu burung di Kota Padang. Dimana dalam pengukurannya memakai skala likert dengan skor masing :

Pengukuran sikap yaitu dengan 5 kategori penilaian yaitu

Sangat Penting =5 Penting =2

Cukup Penting =4 Kurang Penting =1

Tidak Penting =3

Yang selanjutnya skor tersebut di kalikan dengan jumlah responden pada masing-masing pernyataan.

I. Kecenderungan Perubahan Sikap Konsumen Terhadap Konsumsi Broiler Dengan Adanya Isu Flu Burung di Kota Padang

1. Seleksi pembelian broiler

Tabel. 25 Perbandingan faktor penampilan fisik broiler yang mempengaruhi sikap konsumen terhadap pembelian broiler dengan adanya isu flu burung di Kota Padang

Aspek

Penampilan Fisik

Sebelum

Sesudah

Perubahan

keterangan

Skor

Persentase

(%)

Skor

Persentase

(%)

Skor

Persentase

(%)

Kelincahan broiler

223

33.94

220

33.59

3

0.35

Penampilan fisik

181

27.55

193

29.47

12

1.92

Berat badan

253

38.51

242

36.95

11

1.56

Jumlah

657

100

655

100

2

0.71

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Dari skor yang diperoleh skor tertinggi yaitu terletak pada aspek penilaian terhadap berat badan broiler yang menjadi skor tertinggi, bahwa berat badan broiler yang menjadi pertimbangan terbesar responden dalam melakukan seleksi terhadap penampilan fisik broiler.dengan skor 253 dengan persentase 38,51%. dan yang menjadi pertimbangan kedua responden yaitu seleksi terhadap kelincahan broiler dengan persentase 33,94%.

Selanjutnya yang menjadi petimbangan adalah penampilan fisik dan berat badan broiler. Namun setelah terjadinya wabah flu burung terjadi penurunan dari jumlah persentase masing-masing aspek dimana pada kelincahan broiler yang menjadi pertimbangan dengan persentase 33,94% menjadi 33,59% sehingga menjadikan penurunan sebesar 0,35% ini menandakan bahwa faktor kelincahan setelah isu flu burung tidak menjadi faktor utama perubahan sikap konsumen rumah tangga terhadap konsumsi broiler. Sedangkan aspek penampilan fisik broiler setelah adanya wabah flu burung mengalami perubahan hanya 1,92%. Jika di lihat dari faktor berat badan yang sebelumnya 38,51% dan setelah terjadi flu isu flu burung terjadi penurunan sebesar 1,56% sehingga setelah isu flu burung berkembang faktor perubahan sikap konsumen rumah tangga terhadap aspek berat badan menjadi 36,95%. Ini membuktikan bahwa dengan adanya wabah flu burung di Kota Padang, perubahan sikap konsumen rumah tangga terhadap pembelian broiler dilihat dari aspek penampilan fisik broiler tidak berbeda dari sebelumnya.

­2. Persyaratan terhadap broiler

a. Persyaratan Terhadap harga

Tabel. 26 Persyaratan terhadap Harga

Aspek Persyaratan Terhadap Tempat Pembelian

Sebelum

Sesudah

keterangan

Skor

Persentase

(%)

Skor

Persentase

(%)

Skor

Persentase

(%)

Pembelian dengan harga murah

236

33.43

216

32.97

20

0.46

Pembelian banyak jika harga turun

245

34.70

195

29.77

50

4.93

Mencari barang pengganti

225

31.87

244

37.25

19

5.38

Jumlah

706

100

655

100

51

0.01

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Tingkat perubahan sikap konsumen terhadap harga broiler. Pada aspek pembelian dengan harga murah, ini terlihat dengan terjadinya penurunan sebesar 0,46%, yaitu pada saat sebelum terjadinya wabah flu burung di peroleh skor sebesar 236 atau 33,43% dan setelah adanya wabah flu burung 216 atau 32,97% dari data tersebut dapat di ketahui terjadi perubahan. Sedangkan konsumen yang melakukan pembelian banyak jika harga turun diketahui pada saat sebelum terjadi wabah flu burung 34,70% namun setelah terjadi wabah flu burung menurun menjadi 29,77 sehingga terjadi penurunan sebesar 4,93% dari sebelumnya, keadaan ini terlihat dari adanya kewaspadaan bagi konsumen untuk membeli broiler banyak pada saat harga turun setelah adanya isu flu burung. Namun pada saat responden dimintai keterangan tentang mencari barang pengganti pada saat terjadi wabah flu burung responden memberikan pilihan positif untuk mencari barang pengganti setelah isu tersebut meningkat dengan peningkatan sebesar 5,38%. Ini disebabkan bahwa setelah adanya wabah flu burung konsumen berfikir untuk mencari barang pengganti, karena perasaan takut dan waspada terhadap isu yang berkembang membuat mereka berkeinginan untuk mencari barang pengganti. Ini berhubungan dengan sikap seseorang yang berubah karena faktor-faktor tertentu seperti, faktor luar individu yaitu pengaruh dari lingkungan yang diterima dan faktor internal yang berasal dari individu yaitu kemampuan menyeleksi atau menganalisa pengaruh yang datang dari luar termasuk minat dan perhatian (Azwar, 1995).

b. Persyaratan Terhadap Tempat

Tabel 27. Persyaratan terhadap tempat pembelian

Aspek Persyaratan Terhadap Harga

Sebelum

Sesudah

Perubahan

keterangan

Skor

Persentase

(%)

Skor

Persentase

(%)

Skor

Persentase

(%)

Jarak tempat penjual dengan tempat tinggal

245

35.40

218

31.23

27

4.17

Ketetapan tempat pembelia

225

32.51

233

33.38

8

0.87

Kebersihan tempat pembelian

222

32.08

245

35.10

23

3.02

Jumlah

692

100

698

100

4

0.28

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Tempat pembelian juga menjadi pertimbangan sikap seseorang dalam melakukan pembelian, dari data yang di peroleh tentang persyaratan pembelian maka di samping penentuan harga broiler maka yang menjadi pertimbangan selanjutnya adalah tempat pembelian, yaitu jarak antara tempat tinggal dengan tempat pembelian pada saat sebelum terjadi wabah flu burung 35,40% namun setelah terjadinya wabah flu burung menjadi 31,23% sehingga mengalami penurunan sebesar 4,17%. Ini terjadi akibat bahwa setelah adanya isu flu burung konsumen rumah tangga tidak mementingkan tempat pembelian broiler dekat dengan tempat tinggal mereka, yang menjadi perhatian mereka adalah kebersihan tempat pembelian. Selanjutnya tentang ketetapan tempat pembelian terjadi peningkatan sebesar 0,87% dari persentase sebelumnya 32,51% menjadi 33,38%. Dapat di katakan dengan adanya wabah flu burung konsumen melakukan pembelian terhadap broiler lebih menyukai dengan langganan mereka, sehingga mereka mendapatkan kepuasan dalam melakukan pembelian.

Kebersihan tempat pembelian juga menjadi pertimbangan yang sangat di perhatikan, setelah adanya wabah flu burung terjadi peningkatan sebesar 3,02% terhadap perhatian konsumen pada faktor kebersihan tempat pembelian. Dengan adanya wabah flu burung di Kota Padang memang terjadi perubahan terhadap sikap konsumen terhadap pembelian daging broiler namun perubahan tersebut, terlihat sangat kecil yaitu hanya berkisar antara 0-5% dari total persentas 100%

J. Faktor Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Broiler Dengan Adanya Isu Flu Burung di Kota Padang

Setelah adanya isu flu burung melanda Kota Padang maka dapat kita lihat uraian yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian broiler, melalui beberapa faktor yang menjadi pertimbangan perilaku konsumen rumah tangga untuk tetap mengkonsumsi broiler.

Tabel 28. Faktor perilaku konsumen terhadap pembelian broiler setelah adanya isu flu burung di Kota Padang.

Uraian

Pilihan (%)

ya

tidak

Anda mengetahui tentang flu burung

100

0

Apakah anda kawatir dengan isu yang berkembang

90

10

Semua keluarga anda menyukai, mengkonsumsi broiler

93

7

Terjadi penurunan terhadap konsumsi anda

73

27

Sulit bagi anda mengurangi jumlah pembelian

73

27

Adakah tindakan penanganan khusus terhadap broiler yang akan anda konsumsi

100

0

Frekuensi pembelian 3-4 kali sebulan

38

62

Dengan mengurangi jumlah pembelian anda akan terhindar dari wabah flu burung(-)

27

73

Tingginya permintaan keluarga terhap broiler sehingga frekuensi pembelian anda tetap bahkan meningkat

57

43

Anda lebih menyukai membeli broiler dalam keadaan hidup kemudian di potong

97

3

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Pada pengukuran perilaku responden terhadap pembelian dapat di lakukan dengan menggunakan dua pilihan yaitu 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban tidak pada masing-masing uraian/pernyataan dan sebalinya untuk pernyataan yang bernada negatif.

Tabel 29. Skor penilaian terhadap faktor perilaku konsumen terhadap broiler setelah adanya wabah flu burung di Kota Padang.

Uraian

Skor Penilaian

Responden

Persentase(%)

Anda mengetahui tentang flu burung

60

12.68

Apakah anda kawatir dengan isu yang berkembang

54

11.32

Semua keluarga anda menyukai, mengkonsumsi broiler

55

11.53

Terjadi penurunan terhadap konsumsi anda

44

9.22

Sulit bagi anda mengurangi jumlah pembelian

44

9.22

Adakah tindakan penanganan khusus terhadap broiler yang akan anda konsumsi

60

12.68

Frekuensi pembelian 3-4 kali sebulan

23

4.82

Dengan mengurangi jumlah pembelian anda akan terhindar dari wabah flu burung

44

9.22

Tingginya permintaan keluarga terhadap broiler sehingga frekuensi pembelian anda tetap bahkan meningkat

35

7.34

Anda lebih menyukai membeli broiler dalam keadaan hidup kemudian di potong

58

12.16

Jumlah

477

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2007

Kasus flu burung di Kota Padang telah di ketahui oleh konsumen rumah tangga yang mengkonsumsi daging broiler, dengan persentase tertinggi sebanyak 12,68% responden mengetahui tentang adanya isu tersebut, dan dengan tinginya persentase tersebut di sehinga responden rumah tangga yang di mintai keterangan memberikan persentase yang sama pada uraian tindakan penanganan terhadap terhadap broiler yang akan mereka konsumsi, ini menandakan bahwa isu tersebut membuat masyarakat yang mengkonsumsi merasa khawatir dengan persentase 11,32%, perasaan kawatir terhadap isu tersebut tidak memberikan respon positif untuk tidak mengkonsumsi broiler dengan persentase 11,53% dari responden menyatakan bahwa semua keluarga mereka menyukai daging broiler sehingga sulit untuk mengurangi pembelian broiler. Ini sesuai dengan faktor yang mempengaruhi perilaku manusia salah satunya yaitu linkungan yang disebut nature lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku, perilaku dalam hal ini adalah lingkungan manusia yang termasuk kedalamnya adalah keluarga (Purwanto, 1999). Setelah mereka mendengar isu flu burung merebak di Kota Padang ada perasaan kawatir terhadap isu tersebut dengan persentase 9,22% dan peraaan kawatir tersebut tidak bisa mereka atasi karna sangat sulit untuk mengurangi jumlah pembelian karna tingginya permintaan dari keluarga. Jika mereka sekiranya melakukan pengurangan pembelian tidak berarti mereka akan terhindar dari wabah flu burung yang sedang merebak di kota Padang sehingga persentase ini hanya 9,22% responden memberikan penilaian terhadap uraian ini. Karna sulit bagi mereka untuk mengurangi jumlah permintaan dan adanya rasa takut atau kawatir pembelian yang sering mereka lakukan adalah dengan membeli broiler dalam keadaan yang masih hidup lalu di lakukan pemotongan dengan persentase 12,16%.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dapat di simpulkan bahwa setelah adanya isu flu burung di kota padang Terjadi perubahan terhadap konsumsi masyarakat terhadap broiler, sehingga hipotesis penelitian di terima. Dalam hal ini terjadi perubahan sikap dan perilaku konsumen terhadap broiler yaitu pada variabel sika yai seleksi terhadap broiler yang terdiri dari kelincahan broiler, penampilan fisik broiler, dan berat badan mengalami perubahan penurunan sebesar 0,35% terhadap kelincahan broiler, penurunan 1,56% terhadap berat badan, peningkatan sebesar 1,92% terhadap penampilan fisik.

Faktor yang selanjutnya yang menyebabkan perubahan sikap konsumen terhadap broiler di Kota Padang adalapersyaratan terhadap harga Setelah adanya isu flu burung di Kota padang terjadi penurunan 4,93% terhadap pembelian banyak jika harga turun, ini terjadi dari kewaspadaan konsumen terdap broiler yang di jual dengan harga murah. Dan peningkatan terhadap faktor untuk mencari barang pengganti yaitu 5,38%, dan pembelian dengan harga murah tetap menjadi pertimbangan konsumen dengan peningkatan 0,46%. Yang menjadi persyatan kedua terhadap sikap konsumen adalah tempat pembelian broiler yaitu kebersihan terhap tempat penjualan meningkat 3,02%, dan faktor ketetapan tempat pembelian/langganan meningkat 0,87, faktor selanjutnya yaitu jarak tempat tinggal dengan tempat pembelian yaitu menurun 4,17%.

Setelah adanya isu flu burung di Kota Padang terjadi perubahan terhadap perilaku konsumsi konsumen terhadap pembelian broiler dalam hal ini dapat di ketahui bahwa isu flu burung telah di ketahui oleh konsumen rumah tangga, namun karena permintaan keluarga yang tinggi terhadap pemenuhan protein hewani dalam hal ini broiler.

B. Saran

Dari hasil penelitian kita dapat mengetahui bahwa isu akan tetap menjadi isu, kita mengetahui bahwa isu flu burung adalah isu yang telah lama berkembang. Flu burung sebahagian dari penyakit biasa namun keresahan dan tindakan tidak waspada dan berhati-hati yang akan membawa kita pada dampak yang tidak seharusnya terjadi. Untuk itu sebagai masyarakat yang telah di bekali ilmu baik formal maupun informal hendaknya memfilter isu-isu yang berkembang sebelum bertindak kearah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1995 Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya Edisi ke -2. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Bloom, Paul N dan Louise, N Boone. 2006 Strategi Pemasaran Produk. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Sumatra Barat Dalam Angka. BPS, Padang.

Badan Pusat Statistik. 2005. Padang Dalam Angka. BPS, Padang.

Berg, A. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Rajawali. Jakarta.

http://www.ppmplp.depkes.go.id/0505/07/140508.

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0701/10/163411.

Engel, James F. Rojer D, Blackwell dan Paul Miniard. 1994 Perilaku Konsumen, Edisi 6, Deterjemahkan oleh Budi Yanto. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Fadilah, R dan Polana, A. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Food and Agriculture Organization. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung pada Peternakan Unggas skala kecil. DepKes Ternak, Phnom Penh Kamboja.

http/id.wikipedia.org.Ensiklopedia bebas Berbahasa Indonesia.

Kotler, P. 1994. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid I. Erlangga, Jakarta.

________. Dan Amstrong, G. 2002. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Erlangga Jakarta.

________. 2003. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Murtidjo, BA. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Jakarta

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rhineka Cipta, Jakarta

Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Kedokteran EGC, Jaklarta.

Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syahruddin. 1989. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dan Status Gizi Anak di Pedesaan. Pusat penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Padang.

Schiffman ,L.G dan L.L, Kanuk. 2000. Perilaku Konsumen, Edisi ke- 7. Printice Hall New Jersey.

Singarimbun, M dan Effendi. S. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

Simamora, B. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. PT. Gramedia, Jakarta.

Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.

Santoso, S. 2002. SPSS Non Parametrik. PT. Alex Media Cumputindo, Jakarta.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta, Bandung.

Supranto J. M. A. 1992. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Rineka Cipta, Jakarta.

Suharjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan . Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor .

Sumardjan, S. 1975. Aspek-Aspek Sosial Budaya dalam Program Penganekaragaman Menu Makan Rakyat. Makalah Kerja Kongres Nasional Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Edisi Juli, Jakarta.

Swastha, B dan Sukotjo, I. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Liberty, Yogyakarta.

_________ dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yogyakarta.

Roedjito, D. 1988. Kajian penelitian Gizi. MSP, Bogor.

________. 2007. Pengendalian Penyakit Avian influenza Propisi Sumatra Barat,. Padang.

Yunaldi, A. 2005. Sikap Konsumen Terhadap Produk Makanan dengan Bahan Baku Ayam Broiler Pada Rumah Makan Padang Di Kecamatan Teluk Segera Kota Bengkulu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar